AlJihad Sabiluna

Wednesday, August 12, 2009

Info Palestina : Dinding-dinding Penjara Israel Bercerita tentang Tahanan Anak Palestina


Gaza – Infopalestina:
Hasan Dauhan dari Gerakan Nasional Tahanan, dalam sebuah laporan berita yang diterbitkan di koran al hayah al jadidah, mengatakan anak-anak Palestina hidup dalam kondisi sangat buruk disebabkan oleh aksi berkelanjutan pasukan penjajah Israel yang menjadikan mereka sebagai target pembunuhan, pengejaran, penangkapan dan penahanan. Hal ini meninggalkan efek buruk dalam diri mereka akibat trauma. Efek trauma semakin besar di kalangan anak-anak yang ditakdirkan lahir di dalam penjara Israel atau bergabung bersama ibu-ibu mereka yang menjadi tahanan.

Jumlah anak Palestina yang masih menjadi tahanan di penjara Israel, sebagaimana dilaporkan Asosiasi Tahanan Palestina, mencapai lebih dari 400 anak dari (7600) anak yang ditahan sejak meletus intifadhah al Aqsha. Sementara menurut Gerakan Internasional untuk Pembelaan Anak-anak, jumlah anak-anak Palestina yang ditahan Israel meningkat tajam mencapai 423 pada akhir bulan Februari lalu.

Lahir di Penjara Israel

Selama intifadhah al Aqsha, 4 wanita yang ditahan Israel melahirkan dalam penjara, 3 di antaranya sudah dibebaskan. Mereka adalah Mervat Taha (21) dari al Quds, melahirkan bayi laki-laki Bakar Wael 8 Februari 2003; Manal Naji Mahmud Ghanim (32) yang diculik dari rumahnya 17 April 2003 lalu di Tulkarem, seorang ibu dari empat orang anak, melahirkan bayi diberi nama Nur pada 10 Oktober 2003, anaknya dipisah darinya setelah berusia dua tahun lebih, dan dia hanya bisa melihat anaknya dari balik kaca penyekat; dan Samar Sabih yang melahirkan bayi bernama Bara. Ketiga wanita Palestina tersebut telah dibebaskan dari penjara Israel.

Sementara itu bocah keempat yang lahir di penjara Israel adalah Yusuf Azzak, anak dari Fatima Yunis Azzak (40) asal Shujaiya. Saat ini masih mendekam di penjara bersama ibunya yang ditangkap militer Israel 20 Mei 2007 di gerbang pemeriksaan Beit Hanun (Erez). Saat ditangkap Fatima hamil dua bulan dan meninggalkan tujuh orang anak ..

Fatima melahirkan Yusuf 17 Januari 2008 dalam keadaan sangat sulit. Selama masa di penjara, anaknya mengalami krisis kesehatan, hingga badannya mengalami demam di atas 40 derajat yang sangat mengancam hidupnya. Pengelola penjara menolak mengizinkan sang bayi dibawa pergi ke klinik di luar penjara, hingga membahayakan nyawanya. Beberapa hari kemudian, setelah kepala penjara melakukan intervensi sang bayi diperbolehkan keluar ke klinik untuk menjalani perawatan ..
Sedang Samar Sabih, asal Jabaliya di utara Jalur Gaza, melahirkan anaknya Bara di penjara Israel, setelah ditangkap dalam kondisi hamil tiga bulan, pada 29 September 2005, dari rumah suaminya, yang tinggal di kota Tulkarem. Setelah 6 bulan penahanan dia melahirkan anaknya Bakar Bara pada 30 April 2006, dengan operasi cesar. Dia dibebaskan 18 Desember 2007, setelah 27 bulan mendekam di penjara Israel ..

Samar menuturkan, "Selama dalam penjara, anakku tidak bisa mendapatkan banyak hal yang menjadi haknya. Terutama hak untuk bertemu dengan ayahnya dan keluarga lainnya serta hak mendapatkan mainan. Karena pihak pengelola penjara menolak memasukkan mainan untuknya. Demikian juga ketika dia sakit, tidak mendapatkan perawatan yang semestinya dan dokter penjara hanya memberikan parasetamol sirup. Dia juga tidak bisa mendapatkan sinar matahari dan kurangnya ventilasi udara di kamar penjara. Hal ini sangat berpengaruh ketika kami keluar dari penjara hingga dia tidak dapat berjalan di atas tangga, dan saya harus membawanya …”

Menurut pakar psikologi "Lama Auda” yang meneliti dan menangani sejumlah kasus tahanan anak menyatakan, "Anak-anak yang lahir di penjara mengalami trauma psikologis. Efek negatif sangat besar karena ketidaktahuan anak sejauh mana yang terjadi dengan dirinya dan latar belakangnya. Anak mengingat tahun-tahun pertama pengalaman dalam tahanan, tetapi tidak dapat menyatakan atau menjelaskan apa yang terjadi dengan dia dan tetap disimpan sebagai trauma psikologis …”

Direktur Departemen Statistik Departemen Tahanan Palestina dan Peneliti Khusus Urusan Tahanan, Abdul Nasir Farwana, mengatakan bahwa yang menyertai pertumbuhan anak di bulan-bulan dan tahun-tahun pertama meninggalkan efek dalam membentuk perilaku umum anak kemudian. Anak-anak yang dilahirkan di pernjara atau tinggal di sel tahanan pada bulan-bulan pertama usianya, maka gambaran borgol, gembok, dan rantai besi akan tetap terekam dalam imajinasinya dan memiliki kencederungan untuk memperoleh gembok, rantai besi dan menutup pintu.


Anak-anak yang Menyusul Ibunya di Penjara


Ada sejumlah ibu-ibu Palestina yang ditahan Israel sedang memiliki anak-anak yang masih menyusu. Seperti yang terjadi pada Attaf Alayan dan Khawla Zitawi. Keduanya ditahan saat masih memiliki bayi yang masih menyusu, Aisha dan Ghada. Setelah usaianya mencapai dua tahun, Aisha dipisahkan dari ibunya dan diserahkan kepada ayahnya. Sementara itu Ghada dibebaskan bersama ibunya Khawla karena sudah habis masa hukumannya ..

Efek Psikologis dan Sosial

Masa penahanan atau penjara meninggalkan banyak efek negatif pada anak-anak. Penderitaan dan rasa sakit tetap tersimpan dalam memori mereka dan sulit untuk diatasi dalam hidupnya. Hal ini menuntut integrasi ulang ke dalam masyarakat. Seperti yang dialami Hatim Abdul Rahman Khalil dari kamp pengungsi al Arub. Bocah ini masuk penjara pada 2 Februari 2006 dan dibebaskan baru-baru ini. Dia menuturkan, "Di penjara Damoun aku tinggal selama empat bulan. Hapir setiap malamnya aku bermimpi tentang keluarga dan ketika bangun pagi aku menemukan bahwa itu hanya mimpi. Aku bermimpi bersenang-senang dan bermain dengan adikku. Ketika aku buka kedua mataku di waktu pagi aku memperhatikan kedua kakiku dengan seksama, dan aku tetap gelisah." Bocah lain, Umar Jamal, yang ditahan pada 15 Mei 2007 dan telah dibebaskan, menceritakan tentang pengalamannya selama ditahan, "Semua yang aku ingat adalah instruksi dan pengawasan …”

Pembimbing psikologis dan sosial dari “The Young Men's Christian Association” di Ramallah, Lama Auda, mengatakan, "Pengalaman penahanan, baik sebentar atau lama, selalu ada interogasi dan penyiksaan atau trauma psikologis bagi anak-anak, yang menyebabkan gejala psikologis di masa depan dan menambah kesulitan dan kejutan pengalaman penahanan di satu sisi. Dan anak-anak masuk ke dunia yang tidak diketahui pada saat penahanan. Semua itu tersimpan di otak belakang anak. Di dalamnya berlangsung banyak konflik yang mempengaruhi pendidikan, memori dan perhatian mereka. Ditambah rasa bersalah, karena ketidakmampuannya untuk membalas serdadu Israel yang menyerangnya, selain rasa ketakutan dan kehilangan rasa aman dan kecemasan terus menerus ..

Konsultan Hukum Gerakan Internasional untuk Pembelaan Anak-anak, Khalid Kesmar, menyatakan, “Derita yang paling dialami tahanan anak-anak setelah mereka keluar dari penjara, bahwa suasana penjara tidak sama dengan suasana di luar. Kita mendapatinya seakan mereka dalam isolasi di rumah, sekolah dan masyarakat. Orang-orangIsrael masih memfokuskan perlakuannya pada tahanan anak-anak dengan penyiksaan di aspek psikologis yang masih terus diderita anak-anak. Padahal masyarakat memperlakukan mereka sebagai pahlawan, tetapi efek pengalaman penjara membuat mereka memerlukan reintegrasi ke dalam masyarakat ..

Direktur Departemen Statistik Departemen Tahanan Palestina, Abdul Nasir Farwana, mengatakan, “Sayang, tahanan anak-anak tumbuh dan menghabiskan masa kanak-kanaknya di balik sel, penjara dan tahanan yang mirip untuk disebut sebagai ’kuburan orang-orang hidup’." Dia menegaskan apa yang dilakukan otoritas penjajah terhadap tahanan anak-anak Palestina bertentangan dengan hukum internasional, khususnya Konvensi Anak. (seto)

Wahai Israel Laknatullah! Ternyata kalian takut dengan bayi-bayi dan anak-anak muslim?!!! Apalagi mereka semua ikut Jihad! Allahu Akbar!!!

No comments: