AlJihad Sabiluna

Wednesday, March 25, 2009

MUXLIM: Jejaring Pertemanan Genre Muslim

SYDNEY (Arrahmah.com), 24 maret 2009 - Sejak muncul Friendster hingga demam Facebook, situs jejaring sosial makin menjamur. Kini muncul sebuah situs genre ini yang khusus ditujukan untuk Muslim, yakni Muxlim.

Muxlim pertama kali dikembangkan oleh Mohammad El Fatrary dari Uni Emirat Arab pada 2006 silam. Situs itu menyediakan berbagai sarana komunikasi dan mengekspresikan diri seperti yang disediakan oleh situs pertemanan umum yang lebih populer.

Mulai dari chatting, content sharing, jajak pendapat, berita-berita dari negara Islam, serta menampilkan profil lengkap dengan avatar. El Fatatry yang sempat bersekolah di Finlandia pada 2004, tertarik membuat situs itu karena ia tidak puas dengan situs-situs semacam itu yang ada saat ini.

“Meski berisi muatan religius atau politik, tidak satu pun yang sesuai dengan selera saya untuk berbagi banyak hal soal mode, musik, atau film dengan pengguna lainnya,” ujarnya kepada International Herald Tribune, Senin (23/3).

Situs itu memang tidak menerapkan kebijakan muatan. Namun pengawasnya memantau penggunaan bahasa atau pemuatan gambar yang tidak pantas. Beberapa pengguna mengaku situs itu lebih mudah digunakan.

Ahmadzai, seorang remaja Afghanistan yang tinggal di Finlandia mengatakan pengguna situs itu bisa mendapat manfaat ganda selain mendapat teman. Ia bisa mempelajari atau mendapat informasi mengenai Islam dan pemeluknya. Non-Muslim juga bisa bergabung dengan situs tersebut.

El-Fatatry mengatakan potensi pasar yang disasarnya cukup besar. “Dimana lagi anda bisa menemukan potensi pasar khusus (niche market) sebesar seperlima populasi dunia?” tandasnya. (arrahmah/inilah)

Friday, March 06, 2009

Pelajaran dari Gaza untuk kaum wanita

sumber : dari sini,

Inilah kisah sebuah bangsa di atas sepenggal Tanah Suci. Banyak yang pernah terjadi di sana, akan banyak lagi yang kelak terjadi di sana di akhir zaman ini. Semua harus belajar dari panggung ini, terutama ummat Islam. Semua sisi harus menjadi pelajaran, termasuk sisi kemanusiaan sebagai wanita.
Tahun baru 2009 dibuka dengan duka bagi ummat Islam. Perang di Gaza. Pemandangan yang sangat memilukan. Namun Allah Swt menggelar panggung Gaza bukan sekedar untuk menjadi tontonan televisi dan obrolan jurnalistik bulan ini. Inilah kisah sebuah bangsa di atas sepenggal tanah suci. Penduduk Syam (Palestina, Lebanon, Syria, dan Yordania) memang penduduk yang tangguh. Banyak yang pernah terjadi di sana, akan banyak lagi yang kelak terjadi di sana di akhir zaman ini. Semua harus belajar dari panggung ini, terutama ummat Islam. Semua sisi harus menjadi pelajaran, termasuk sisi kemanusiaan sebagai wanita. Subhanallah...
Dari berita yg kita baca :
- Seorang ibu dari keluarga Samouni di Gaza melahirkan di tengah bom.
- Seorang wanita mengatakan: Tidak, tanah ini milik kami, apapun yang mereka lakukan tanah ini milik kami, kami akan tetap melawan mereka (Yahudi).
- Seorang wanita muda pergi ke toko roti untuk antri roti berjam-jam di tengah hujan bom di Gaza. Ketika ditanya oleh wartawan mengapa ia tetap pergi ke toko roti padahal tidak aman, ia menjawab: Tinggal di rumah
pun kami di bom sedangkan saya harus membeli roti untuk keluarga di rumah, jadi, yah, jalani saja, kita hanya mati sekali.
- Seluruh dunia tahu bahwa di tengah perang kali ini ada beberapa blog dioperasikan dari dalam Gaza, meskipun mereka kesulitan listrik.
- Setiap hari pasar tetap buka, meskipun hanya dua jam sehari, dan meskipun pasar tersebut pernah di bom Israel saat jam sibuk dengan korban yang tidak sedikit.
- Selama 22 hari perang, Israel berhasil membunuh 600 orang anak Gaza dari 1300an korban meninggal, tapi selama masa itu lahir 3500 bayi, banyak wanita Gaza melahirkan kembar, antara kembar dua dan kembar tiga.
Luar biasa!!! hanya sehari sesudah kedua pihak menyatakan gencatan senjatanya masing-masing, polisi lalu lintas sudah bertugas di jalan-jalan Gaza, bahkan sekolah dibuka kembali kurang dari sepekan sesudah itu. Para murid saling menyapa ketika pertama kali berjumpa: "Hei kamu, masih hidup ya?"
Wilayah ini sudah tidak punya gedung parlemen, tidak punya kantor polisi (meskipun polisinya bertugas) dan seluruh gedung pemerintahan sudah pernah dibom, bahkan masjid-masjid dan rumah sakit serta sekolah tak luput dari pemboman. Infrastruktur boleh dikatakan sudah hancur tetapi ternyata struktur masyarakatnya tidak hancur, sistem sosialnya tidak kolaps bersama gedung-gedungnya. Shalat berjamaah tetap dilaksanakan di tengah hujan bom di antara reruntuhan bangunan masjid. Bahkan masjid mengumpulkan dana dari sebagian jama'ah yang masih punya sesuatu untuk disumbangkan kepada tetangganya yang lebih membutuhkan. Ini sebuah bangsa dengan daya tahan amat tinggi... Subhanallah!
Jangan lupa, sebelum perang digelar Israel sudah mencekik Gaza dengan blokade selama hampir 2 tahun dan itu menyebabkan semua penduduk Gaza harus mengurangi jatah makan mereka karena sulitnya bahan makanan.
Dengan berita-berita di atas kita mendapatkan gambaran betapa anak-anak Palestina dari generasi ke generasi telah ditempa oleh ujian berat dengan pendamping yang tangguh, para orangtua mereka, para ibu mereka, para ibu yang tetap menjalankan prinsip kesabaran di tengah ujian yang amat berat.
Jika kita meninjau apa kriteria sabar (yg bisa diteladani dari mereka) yaitu:
1. Tidak lemah mental
2. Tidak lemah penampilan
3. Tidak lemah aktivitas,
maka inilah yang kita lihat dari wanita Gaza:
Dari berita-berita yang ada, para ibu Gaza tidak lemah mental ingin mengalah pada penjajah Israel, kebanyakan berpendapat bahwa perjuangan melawan penjajahan tetap perlu. Tak ada yang gemetar ketakutan ketika mendengar deru pesawat pembom di atas kepala mereka. Jika di tanya, mereka berkata dengan (nada menantang) bahwa mereka tidak takut pada tentara Israel dan akan melawan dengan senjata alat dapur, jika berhadapan. Tanda tak ada kelemahan mental di sini.
Mereka tidak lemah penampilan, tampak bahwa mereka tetap tegak ketika diwawancarai para wartawan, bahkan mereka masih bisa menyuarakan kekecewaan mereka pada para pemimpin Arab yang tidak membantu mereka. Bahkan ada yang mengacungkan tangan ke arah kamera. Sikap tubuh mereka jelas menunjukkan mereka tidak lemah penampilan, bahkan bagi yang terluka dan sekarat.
Mereka juga tidak lemah aktivitas, sedikit ada kesempatan mereka langsung beraktivitas, ke pasar berjual beli, memakamkan kerabat, bahkan bersilaturahim di pasar. Di tengah bom mereka mengantri beli roti dengan taruhan nyawa. Bahkan ada seorang ibu yang melahirkan di tengah bom dengan hanya ditolong ibunya dengan penerangan lilin.
Kesimpulan:
1. Wanita Gaza adalah wanita sabar, ujian apapun yang menimpa tidak membuat mereka gentar ketakutan apalagi sampai harus dibawa ke rumah sakit karena stress sebagaimana wanita Yahudi di Israel selatan.
2. Ketabahan mereka ternyata didasari pada iman dan ketaqwaan pada Allah. Kita melihat mereka melarikan rasa frustrasi mereka dengan berdoa mengangkat tangan kepada Allah mengutuk Israel saat mereka menghadapi rumah mereka hancur atau keluarga mereka tewas.
3. Kerasnya keganasan dan permusuhan Yahudi justru membuat mereka tegak, menggeliat, dan melawan. Perlawanan wanita Gaza bukan dengan mengangkat senjata, tapi dengan menunjukkan keteladanan dalam sikap berani menghadapi kenyataan perang keras dan kejam ini di hadapan anak-anak mereka. Tampak dari raut wajah mereka yang meskipun berurai airmata tapi tetap berwajah tegar. Dan anak-anak menatap polos setiap lekuk ekspresi sang ibu. Pendidikan apa lagi yang terbaik dan paling efektif selain dari pendidikan keteladanan dalam kesabaran. Cobalah amati ekspresi mereka ketika diwawancarai para reporter, baik semasa masih perang maupun sesudah masa tenang ketika menceritakan pengalaman mereka.
Kaum ibu tak menyukai perang (kecuali mungkin Tzipi Livni dan Condoleeza Rice), namun jika perang merupakan takdir bagi bangsanya, kaum wanitalah yang memikul beban berat sebagai korban. Merekalah yang pertama merasakan sulitnya keseharian hidup di tengah perang, dari persoalan mencari kebutuhan sehari-hari hingga menenangkan anak yang ketakutan. Belum lagi jika mereka adalah korban utama, sebagaimana di Gaza ini. Karena mesin perang Israel mengejar wanita dan anak-anak bahkan di tempat pengungsian.
Bagi bangsa yang terjajah dan terzalimi seperti ini, masa depan bangsanya terletak di pundak mereka. Jika kaum ibu Gaza menunjukkan kelemahan mental, ketakutan yang membuat takluk pada musuh, kelemahan aktivitas yang menyebabkan mereka tak lagi dapat bergerak menggeliat menjalankan hidup. Jika itu yang dilihat oleh anak-anak mereka hari ini, maka dapat kita bayangkan bahwa dalam 10 tahun ke depan di wilayah yang sekarang bernama Gaza sudah akan berdiri kota wisata Israel dengan nama Yahudi sebagaimana nama Ashdod, Ashkelon, Sderot, KiryatSmona dll. Itu karena jika mereka (kaum ibu Gaza hari ini) lemah, maka anak-anak mereka akan tumbuh menjadi penakut dan pecundang. Tetapi Alhamdulillah sekarang mereka tegar, maka Insya Allah sampai hari Kiamat-pun bangsa Yahudi tak akan dapat merasa tenang dengan kezalimannya. Akan selalu ada yang melawan mereka, generasi ke generasi Palestina yang baru!
Kita harus belajar pada mereka. (San 27012009).

Catatan dari -Ummu Azzam-, seorang ibu yg mengamati Gaza dari jauh...
Subhanallah situasi Gaza,Palestina dari generasi ke generasi, thumb up! jadi bener2 gak abis pikir, koq ada lho komunitas muslim yg "menyerukan" menyerah saja, duhai palestina... (Lalu mengatakan, Israel dan Amerika itu pasti menang, karena udah pasti kuat secara teknology, ekonomi, etc... ), padahal mereka ini gak pernah hidup spt sikon di sana, jalani hari-hari diiringi bom namun tetap berani dan tegar...
Salut dgn Para Ummahat di gaza, palestina, Ibu-ibu muslimah yg benar2 Optimis dan selalu berkhusnuzon pada Allah SWT. Para Ibu yg menanamkan pendidikan yg kokoh pada anak2nya, "Israel dan Amerika serta sekutu2nya memang punya kecanggihan teknology, Dan KITA punya ALLAH SWT. Siapa yg menang? We have our faith becouse Allah SWT." Duuuh, sodara-sodara, renungkanlah. .... penanaman sikap Optimis dan ghirah tinggi karena Allah SWT itu adalah sangat sulit, beneran lho... Lihatlah keseharian kita, bnyk hal ibadah yg merosot dalam kehidupan sehari-hari "hanya karena" ada keperluan dunia, misalkan krna sosialisi, minta dimaklumi oleh komunitas tertentu, dsb, dsb.

Semoga segala perjuangan para mujahidin (fii kulli makaan) dapat menularkan ghirah di hati kita untuk tetap istiqomah dalam keimanan padaNya. amiin.

salam ukhuwah, Maaf lahir batin.

[hikmah hari ini : semua yg dimulai dari rasa marah, akhirnya adalah rasa malu. Setitik dengki bisa dilihat dari wajah, sebab mata hati berpendar cahaya]

"Anak-anakku... Pergilah berjuang karena Allah, istiqomah hanya padaNya, jadikan syahid sebagai cita tertinggi, Allahu Akbar!!!"

Link Al-Qur'an Online

Subhanallah... silakan buka Al-Qur'an, keren banget! Smoga ghirah kita makin berkobar mengkajinya, amiin... makin mesra dan cinta padaNya, amiin...

Barokallahu fiikum.