Dalam hadis lain, riwayat Imam Abu Dawud dan Muslim, lebih jelas lagi Rasulullah SAW menyatakan, ''Seburuk-buruk manusia adalah yang bermuka dua. Datang di satu kesempatan dengan satu muka, dan pada lain kesempatan datang dengan muka yang lain''.
Dua hadis di atas menyampaikan beberapa pesan penting kepada kita. Pertama, kita dilarang menjadi pribadi-pribadi munafik (hipokrit). Pribadi-pribadi yang memperlihatkan satu muka di satu kesempatan dan muka yang lain di kesempatan yang berbeda. Artinya, kita dituntut untuk konsisten dalam kebenaran yang sudah diyakini, dengan kesesuaian antara iman dan amal, antara praktik dan perkataan.
Allah SWT berfirman, ''Di antara manusia ada yang mengatakan bahwa mereka beriman, namun sesungguhnya mereka tidak beriman. Mereka mencoba menipu Allah dan orang-orang beriman, tapi sayang, sebetulnya mereka telah menipu diri mereka sendiri.'' (Al-Baqarah: 8-9).
Orang munafik pada tataran ini memperlihatkan sikap dan sifat yang mendua. Dalam ayat yang lain, Allah SWT membeberkan lagi apa-apa yang telah mereka perbuat, ''Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.'' (An-Nisa': 142).
Pesan kedua yang dapat diambil dari hadis tadi, kita harus teguh dalam berpendirian, dan konsisten dengan kebenaran yang telah diyakini, tanpa dapat tergoyahkan. Ketika seseorang sudah menyatakan beriman, maka iman itu harus terpraktikkan nyata dalam kehidupan. Iman harus mewarnai segala tindak-tanduk amaliah sehari-harinya.
Allah SWT berfirman, ''Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Tuhan kami ialah Allah', kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), 'Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu'.'' (Fushshilat: 30).
Pribadi Muslim seharusnya selalu menggambarkan kesatuan wajah hanya untuk dan karena Allah SWT semata, bukan yang lain. ''Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar.'' (Al-An'am: 79).
Allah SWT sangat membenci orang munafik, karena mereka memperlihatkan sifat dan sikap mendua, antara iman dan tidak. Maka, sudah sewajibnya, seorang beriman dapat menyatukan juga antara iman dan amal, tidak bertolak belakang, apalagi berlawanan arah. Semoga kita tidak menjadi orang-orang yang bermuka dua. Wallahu a'lam.